Senin, 24 Maret 2014

Let It Go

         Aku yang tidak pernah tau akhir dari rencana-Nya,hanya mampu menerka segala yang pernah tercipta antara makhluk yang bernama "aku" dan "kamu". Perlahan ternyata rasamu semaki mengembang padanya,aku faham. Biar saja aku yang menerka maksud dari semesta terhadap sikap-sikapmu yang kuanggap nyata. Dan ternyata sikapmu sama seperti keberadaanmu,"maya",tak pernah menjadi nyata? Iya saya paham. 
       Aku kalah bahkan sebelum aku sempat memulainya. Kamu ada dikehidupanku tapi sulit kugenggam dan tidak untuk kumiliki. Tajamnya tatapan matamu hanya untuk dia dan selamanya itu tak akan berubah. Benar? Katakan yang sejujurnya pada semesta bahwa hatimu sudah terjatuh terlampau jauh padanya. Biar saja jika kamu sudah tau perasaan apa yang selama ini aku rasakan terhadapmu. 
     Aku lebih memilih melakukan pengorbanan itu. Tentang mengalah dan merela,akulah yang akan menjadi tokoh dibalik layar sedang kamu dan dia adalah tokoh utamanya. Sehingga pada akhirnya, aku yang akan memutuskan untuk memilih mengorbankan perasaanku dan membiarkanmu bahagia meski dengan yang lain.

Jumat, 14 Maret 2014

Itu mengganggumu,aku tahu.


Januari,2013
Surat untuk Lazuardi.
Aku yang terlalu peduli padamu hingga kepedulianku mengganggumu,aku tahu benar itu. Tapi,kepedulianku yang tak pernah terpandang olehmu hingga kamu tak mampu mempedulikan kepedulianku ini,aku mencoba tidak mempedulikan keinginanmu untukku menghentikan kepedulianku padamu. Aku tetap bertahan pada kepedulianku ini, meski aku tahu itu semua menganggumu. Maafkan aku yang selalu egois dengan perasaan ini,maaf. Aku sudah lama berusaha meredamnya dalam-dalam sendirian tapi tetap saja aku yang terjebak didalam,tempat yang kelam,hatimu. Sudah banyak usaha yang aku tunjukan dan aku perjuangkan,seperti tidak lagi mencari keberadaanmu,tidak bertanya sedang apa dirimu,tidak menunggu pesan-pesan singkat darimu,tidak bersembunyi dalam pandang meskipun hanya ingin melihatmu tersenyum, dan juga tidak lagi menulis tentang dirimu. Aku berusaha berhenti karena aku tahu benar semua itu mengganggumu.
      Dihari-hari sebelum hari ini,aku berusaha menjauhkan segala tentangmu dari kehidupanku. Alih-alih mencoba berlari darimu,mencoba menjauh dari kehidupanmu bahkan melepaskanmu dari pandanganku. Aku bukan sedang benar-benar melepasmu dan menahan kabarmu tapi aku menahan diri.
Namun hari ini aku kembali dan aku sadar bahwa aku tidak lagi sanggup menahan diri lagi. Lagi-lagi aku tetap ingin memperlakukanmu sebagaimana jalan yang ada. Memperlakukanmu sebagaimana perilakumu padaku yang jelas menunjukkan agar aku mengabaikan smeua tentangmu. Maafkan aku,lagi-lagi aku menulis tentangmu. Tentang semua yang mengganggumu,aku hanya mampu mengatakan maaf. Karena aku tak lagi sanggup mengabaikanmu,meskipun akhirnya tetap aku yang harus berjuang dengan perasaan yang tak pernah kamu lihat.
Segala kepedulian itu muncul lagi,aku tidak pernah menyiram bahkan menanamnya. Ia tumbuh subur menjulang tak tertahankan begitu saja. Aku sungguh ingin meminta maaf dan sekaligus menyalahkanmu. Sungguh! Aku akan jelas mengatakan bahwa aku tidak lagi kecanduan rindu dan menanti kabar darimu. Aku akan jelas mengatakan bahwa aku tidak lagi jatuh hati padamu,aku memang ingin,tapi aku selalu merasa belum saatnya menganggap ini sebagai kejatuh hati-an. Jadi,kubiarkan semua itu kosong dengan kepedulian yang tidak jelas maknanya kepada siapa-siapa yang bukan apa-apa,termasuk salah satunya adalah kamu.
Satu-satunya hal yang ingin aku lihat sepanjang hari adalah melihatmu tersenyum lebih banyak,itu saja. Dan jika ada salah satu dari beberapa hal yang mampu membuatmu merasa sangat nyaman dan ringan dalam berlari adalah usahaku untuk tidak lagi peduli denganmu,aku akan melakukannya. Maaf aku membuatmu terganggu dengan semua yang selama ini aku tunjukan padamu. Maaf.
Terimakasih Lazuardi,sesuatu yang maya dan hadir secara nyata.
Januari,2013.

Serendipity? Maybe.


September 2013
Marsha dengan Rafa.
Setelah aku diperkenalkan bahkan dipertemukan dengan sosoknya,semua yang ada dikehidupanku jujur aku akui menjadi berubah. Sebenarnya,saat mulai mengenal sosoknya hatiku masih terpaut pada hati lain. Tetapi,kenyataan selalu menyuguhkan hal-hal yang tidak bisa dirasionalkan. Kenyataan pahit yang sudah mendera kehidupan remajaku,bahwa hati yang telah aku berikan untuk laki-laki itu malah dicabik-cabik sampai hancur. Ah sudahlah..lupakan saja. Itu sudah lama terjadi,2 tahun yang lalu. Hingga aku dipertemukan dengan sosokmu secara nyata ditanah ini,Jawa. Pertemuan yang tidak pernah kuduga sebelumnya,yang berawal dari sebuah perkenalan secara maya. Ini kebetulan? Kebetulan yang menyenangkan? Maybe.
      Saat hatiku dikembalikan berupa kepingan-kepingan menyakitkan, dengan kehadiranmu, aku bisa menyatukannya perlahan. Satu demi satu kepingan itu aku susun dengan kehadiranmu yang konyol. Kepingan pertama,aku susun dengan senyumanku karena aku bisa benar-benar melihat sosokmu,duduk disana dengan memegang ponsel. Kepingan kedua, aku susun dengan senyumanmu yang tersungging meskipun hanya dari kejauhan aku melihatnya,tapi itu manis. Kepingan ketiga,aku susun dengan komunikasi maya antara aku dan kamu,lucu,meskipun terkesan selalu aku yang mencari topik pembicaraan dan kamu yang selalu mencari pengakhiran. Kepingan keempat,aku susun dengan sebuah pertemuan-pertemuan diawal tahun yang hanya aku dan kamu disuasana itu,unforgettable. Kepingan kelima,aku susun dengan sebuah jalinan yag sekarang mengikat aku dan mereka,salah satunya adalah kamu. Dalam persahabatan,ya ikatan itu kunamai persahabatan. Ini kebetulan? Mungkin.
Terimakasih,karena kebetulan-kebetulan yang ada, aku menjadi lebih tau siapa kamu. Kebetulan yang sangat menyenangkan meskipun hanya satu pihak yang menyimpulkan.
Terimakasih Rafa 